Rabu, 19 Oktober 2016

15 Tempat Nongkrong di kota/kab. Tegal

Bagi kaula muda, Nongkrong adalah suatu kegiatan dimana kita harus keluar rumah. Yaiyalah... Nongkrong, sering di identikan dengan slogan "Makan gak makan yang penting kumpul". Tapi ini lebih ke tongkrongannya anak cowok, sedangkan slogannya anak cewek kalau mau nongkrong beda lagi. "Makan gak makan yang penting rumpi tetep jalan".

Ada hal positif dan negatif yang didapat para anak muda yang suka nongkrong.
Positifnya kita akan lebih awet muda karena pastinya bakal ketawa terus, juga bisa menciptakan ide-ide kreatif kayak bikin lagu atau lainnya, serta mempermudah memecahkan masalah ketika ada teman yang ada masalah dan teman yang lainnya pasti akan segera membantu.
Sedangkan untuk segi Negatifnya terkadang image nongkrong itu dikategorikan sesuatu hal yang buruk, karena sering ngomonging orang, godain cewek lewat, nyanyi-nyanyi dengan nada keras dan membuat orang disekitarnya merasa terganggu. Saya juga termasuk orang yang suka nongkrong, apalagi kalau udah di ujung, pasti penginnya cepet-cepet nongkrong.

Di kota/kab. Tegal sendiri, ada sekitar 1000 tempat nongkrong bagi anak-anak muda, dewasa, bahkan buat orangtua sekalipun. Tapi saya ambil 15 saja supaya gak capek ngetiknya.

Berikut saya umumkan 15 tempat tongkrongan yang terkenal di Tegal versi Sering Keluyuran.

1. Alun-alun Tegal dan Alun-alun Slawi.

Alun-alun kalau kata wikipedia itu sebagai pusat kegiatan masyarakat, karena banyak orang / masyarakat yang melakukan berbagai hal kegiatan seperti ibadah (shalat) karena ada masjidnya, berjualan, olahraga, pacaran juga termasuk kegiatan masyarakat dan terakhir nongkrong. Pas banget kalau alun-alun menjadi tempat favorit bagi semua golongan warga Tegal untuk nongkrong. Sedangkan waktu yang pas untuk nongkrong di alun-alun adalah pagi, sore, dan malam.

2. Taman Poci.
Sumber : AZWisata.com
Taman Poci ini adalah taman yang terdapat patung poci di tengah-tengah taman, letaknya di sebelah utara Stasiun Tegal, disini menjadi tempat nongkrong favorit orang pacaran kalau sore hari, karena kalau malam seringnya ditutup demi menghindari adanya perbuatan-perbuatan yang diharamkan oleh agama.

3. Depan Balai Kota (Balkot) Lama.
Di balkot lama ini paling rame kalau minggu pagi. Karena setiap minggu pagi disini udah kayak pasar, kadang juga malamnya banyak anak muda yang nongkrong, juga foto-foto karena kalau malam hari disini kayak bukan di Tegal, tapi kayak di kota bahari.

4. Mall-Mall di kota/kab Tegal.
Mall di kota/kab Tegal itu ada banyak, yang paling terkenal adalah Rita Mall. Tapi tidak menutup kemungkinan semua mall di Tegal bisa dijadikan tempat tongkrongan anak muda. Kalau di mall itu paling asyik siang hari, makanya kebanyakan para sepasang muda-mudi lebih milih ke mall siang-siang, tujuan mereka sebenernya bukan untuk shoping, tapi ngadem doang.

5. Jembatan Danawarih.
Sumber : www.jadagram.com
Disini adalah tempat nongkrongnya anak-anak yang suka hiking, karena letaknya ada di dataran tinggi. karena ada tebingnya juga yang bisa di daki. Dan tempat paling sering di kunjungi untuk nongkrong adalah di jembatannya.

6. Gedung Bioskop.
Sumber : Muvila
Bisa dikatakan para pemuda dan pemudi yang suka nongkrong di bioskop lebih baik daripada yang suka nongkrong di mall, karena kalau nongkrong dibioskop mereka rela keluarin duit, tapi sebenernya bukan karena filmnya bagus, sebenernya mereka gak ada niat buat nonton, mereka cuma ngambil kesempatan buat asyik sendiri. Pernah suatu waktu saya lagi nonton, di belakang saya tuh kayak asyik sendiri gitu, pas saya liat ke belakang eh bener ternyata lagi asyik sendiri mainan monopoli.

7. Restoran/Cafe/Coffee dll.
Sumber : Imgrum
Ada 2 hal kenapa anak-anak jaman sekarang suka nongkrong di cafe. 1) Sengaja beli makanan yang belum terkenal terus di foto dan di upload di sosmed tujuannya biar kelihatan keren dan biar di bilang selalu update. 2) sengaja numpang wifi gratisan padahal cuma beli air mineral doang. Pengalaman saya.

8. Taman rakyat Slawi.
Namanya aja taman rakyat, makanya bisa juga disebut taman sejuta umat. Baik tua, muda, anak-anak semuanya tumpah ruah disini. Apalagi sering diadakan beberapa kontes musik, pameran, dll. Jadi tempat ini memang asyik buat nongkrong, sama kayak di alun-alun tempatnya luas.

9. Jalan Lingkar Slawi / Bunderan Procot.
Layaknya simpang lima di Semarang, atau jalan bunderan hotel indonesia, di jalan lingkar slawi ini juga sama di tengah-tengahnya dijadikan tempat nogkrong anak-anak muda.

10. Monumen GBN.
Sumber : tegal kotane
Tepat di depan jalan lingkar slawi, ada monumen yang sering di jadikan tempat nongkrong anak-anak cowok, entah itu geng motor, geng parkur. Pokoknya banyak.

11. Depan GOR Trisanja.
Sumber : Panoramio
Dengan banyak pohon menjadikan suasana yang adem dan tenang, makanya di depan GOR Trisanja ini menjadi salah satu tempat favorit buat nongkrong.

12. Depan GOR Wisanggeni.
Sumber : WikiGOGO
Kalau ini tempat nongkrongnya anak-anak sehat, karena di GOR Wisanggeni tempat yang asyik buat olahraga, karena banyak temennya juga.

13. Pantai-pantai di Tegal.

Sebagai kota bahari, ada banyak pantai-pantai keren di Tegal. Baik gratis maupun yang bayar. Kalau sore hari banyak orangtua ngajak anaknya untuk main-main disini.

14. Adiwerna City Walk. 
Tempat keren di Tegal yang menyajikan nuansa klasik ini menjadikan tempat yang enjoy buat nongkrong. Apalagi banyak event yang di adakan disini.

15. Pasar.

Untuk yang terakhir ini jangan pada heran. Karena pasar emang tempatnya untuk nongkrong buat tukang ojek, tukang becak, sopir angkutan dan para tukang parkir. Emang sih mereka udah pada berumur, tapi kan mereka pernah muda, jadi gak ada salahnya kalau pasar di jadikan tempat nongkrongnya anak yang pernah muda.
 

Rabu, 12 Oktober 2016

Ada Apa Aja (Sih) di Batang

Saat masih bekerja di Bekasi, banyak temen (Anak Bekasi dan sekitarnya) menyebutkan kota-kota di pantura Jawa Tengah yang terdiri dari Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan, Kendal dan Semarang. Sepintas memang kelihatannya tidak ada yang salah, tapi sebenernya salah, karena ada satu kota lagi yang terlewat yaitu Batang. Letaknya ada di antara Pekalongan dan Kendal. Yang lebih lucunya lagi ada temen dari Bojonegoro, dan dia sering lewat jalur pantura ketika mudik, tapi dia lebih mengenal alas roban ketimbang kota Batang itu sendiri, padahal alas roban masih didalam wilayah kota Batang.

Apa yang membuat Batang tak seterkenal kota tetangga (Pekalongan) inilah yang membuat saya penasaran ingin pergi kesana dan ingin tau ada apa aja di Batang.  

Dari rumah (Tegal) saya menyusuri jalur pantura dengan menggunakan sepeda motor. Sementara jarak antara Tegal-Batang ± 76 km melewati Pemalang, Comal, Pekalongan, dan sampailah di Batang dalam waktu tempuh tak sampai 2 jam.

Umumnya orang tau tentang jalur pantura, pasti pemandangannya laut, sawah, toko-toko, dan jalannya datar. Tapi saya terkejut begitu memasuki kota Batang karena melihat pemandangan jalur pantura yang berbeda. Ini lebih mirip jalur selatan karena banyak bukit-bukit di kanan dan di kiri jalan dengan pohon-pohon yang super gede banget. Jalannya pun beda dari jalan pantura pada umumnya, di Batang jalannya naik turun kayak di jalur selatan.

Mungkin ini salah satu penyebab pengguna jalur pantura tidak mengenal kota Batang karena dijalurnya saja tidak seperti berada di kota pada umumnya yang terdapat pintu masuk tol kayak di Brebes, banyak mall kayak di Tegal, lalu banyak pabrik kayak di Pemalang, serta banyak ruko-ruko dipinggir jalan kayak di Pekalongan. Jadi kecil kemungkinannya untuk mengetahui daerah yang dilewati tersebut adalah kota Batang, karena sepanjang jalur pantura di Batang yang terlihat adalah hutan jati yang luas dan lebat. Apalagi kalau malam. Kawasan yang termasuk kota hanya terletak disebelah barat saja, tepatnya di perbatasan dengan Pekalongan. Kawasan kota itu juga hanya beberapa kilometer saja, selebihnya, berpuluh-puluh kilometer ke arah timur di dominasi oleh kawasan hutan jati.

Kemudian sedang kagum-kagumnya dengan nuansa pantura yang berbeda, saya tertarik dengan plang bertuliskan Pantai Ujung Negoro.  

Dalam hati saya berfikir "Ini kan di hutan, mana ada pantai di dekat sini"

Karena penasaran juga, saya langsung mengarahkan motor saya ke pantai tersebut.

Ternyata dari jalur pantura menuju Pantai Ujung Negoro jaraknya lumayan jauh, sekitar 6 km dengan kondisi jalan menurun terus dan terus menurun sampai akhirnya sampai juga di gerbang Pantai Ujung Negoro.  

Kota Batang, selain pemandangan jalur panturanya yang beda, ternyata pantainya juga beda. Kebanyakan pantai utara jawa kayak yang pernah saya lihat di PAI (Tegal), Pur'in (Tegal), Widuri (Pemalang) itu relatif sama. Tapi kalau pantai di Batang, sampingnya ada bukit/tebing yang cukup tinggi. Keren banget, kayak di lombok. Padahal belum pernah kesana sih.

Sebenernya jalan menuju ke pantai tadi bisa langsung ke atas tebing tersebut, karena kebetulan disitu juga ada tempat parkirnya, bahkan lebih luas ketimbang tempat parkir yang ada didekat pantai. Dan juga ada makam Syaik Maulana Maghribi (Penyebar agama Islam di Batang) yang sering ramai dikunjungi para peziarah. Jadi otomatis wisata Pantai Ujung Negoro bukan cuma wisata pantainya saja, tapi ada wisata religinya juga. Memang keren.

Untuk garis pantainya memang cenderung pendek, tidak terlalu luas juga, tapi kebersihannya patut dikasih 4 jempol, kalau ada 5 jempol juga tak kasih. Salut sama orang-orang sini : ya penjaganya, ya pengunjungnya juga, sama-sama menjaga kebersihan pantainya. Makanya gak ada satu pun sampah berserakan. Beda sama pantai lain yang banyak terdapat ranting pohon, botol minuman, plastik-plastik, dll.

Lalu saya mengitari kesekelilingnya tebing tersebut dan ternyata masih ada lagi spot menarik yang di berikan wisata ini, yaitu terdapat goa kecil yang di beri nama Goa Aswatawa dan juga tempat pemancingan yang terdapat bebatuan-bebatuan besar yang jarang saya temui di laut utara jawa lainnya. Ini pantai bener-bener bikin kagum. Pemandangan pantai dari sudut ini juga keren banget.  





Untuk saat ini, Pantai Ujung Negoro menjadi pantai terbaik di deretan pantai utara pulau jawa. Kalau Karimunjawa memang cantik, tapi letaknya cukup jauh dari pulau jawa.

Secara tidak langsung, saya mendapat 2 alasan kenapa Batang tidak begitu dikenal. Selain jalur panturanya yang membuat orang mengira tidak sedang berada di kota Batang, pariwisatanya juga kurang dikenal, karena dengan daya tarik sebuah wisata yang tinggi sudah pasti banyak mengundang pengunjung untuk datang ke kota tersebut, dan pastinya kota tersebut akan lebih dikenal. Ambil contoh Pekalongan dengan batiknya yang mendunia, Magelang dengan Candi Borobudur (siapa sih yang gak kenal Borobudur), lalu ada Solo dengan Museum Purbakalanya, juga ada Jepara dengan Pulau Karimunjawa yang eksotis, serta Wonosobo dan Banjarnegara dengan Desa Wisata Dieng yang disebut-sebut sebagai Bandungnya Jawa Tengah. Terakhir ada kota kelahiran saya (Tegal) dengan wartegnya yang sangat terkenal.

Kembali ke kota Batang.

Padahal, Pantai Ujung Negoro ini sangat keren, dan sangat berpotensi menjadi wisata besar dijawa tengah. Cuma kendalanya hanya kurangnya promosi, dan kurangnya informasi wisata. Untuk letak pantainya yang jauh dari jalur pantura menurut saya gak masalah, justru ini keunikannya, karena meskipun sedang di jalur pantai utara, tapi untuk menuju ke pantainya masih jauh. Unik kan.

Mungkin ini yang bisa saya dapatkan di kota Batang. Memang sangat disayangkan keindahan Pantai Ujung Negoro tidak di kenal oleh penikmat jalan-jalan. Tapi kalau sudah dikenal luas, tantangan selanjutnya apakah kebesihannya akan tetap terjaga meskipun banyak tempat sampah yang disediakan? Hanya kesadaran pengunjunglah yang jadi jawabannya. Semoga wisata yang ada di Batang ini, wisata di kota saya (Tegal), juga wisata-wisata yang ada di jawa tengah bisa menjaga kebersihannya, keindahannya, dan juga keunggulannya masing-masing.

Salam Keluyuran dari kota Batang.

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blog Visit Jawa Tengah 2016 yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah @VisitJawaTengah

Kamis, 06 Oktober 2016

Keluyuran di Pemalang # 2 : Wisata Yang Hilang

Kenapa sih pulang keluyuran lemes gitu? Biasanya bahagia.
Tertipu!
 
Habis tertipu sama PSK?
Kamvret! Gak main gituan.
 
Lantas?
Habis tertipu sama obyek wisata.
 
Kok bisa?
Jadi gini ceritanya...

Awalnya saya dapat info dari temen kalau katanya di kampung halamannya (Comal) itu ada semacam kayak kota tua, karena ada beberapa bangunan tua di Comal yang sudah tidak terpake. Disini juga katanya sudah di jadikan tempat wisata dengan nama Agrowisata Comal Baru. Gambaran saya tentang wisata ini pasti seperti kota tua yang ada di Jakarta, atau seperti kota lama yang ada di Semarang.

Dengan rasa penasaran yang besar. saya laju motor saya dari Tegal ke Pemalang, dan kemudian sampai di Comal.

Lokasinya cukup mudah sebenarnya, cuma karena lagi ramai-ramainya kendaraan disitu, saya sampe bablas ke Gerbang masuk Kota Pekalongan. Begitu saya putar balik, ternyata lokasinya lumayan deket dari jalur pantura. Kalau jalan dari arah Pekalongan nanti sebelum SMK N 1 Ampel Gading ada gang, terus masuk sekitar 500 meter maka kita akan sampai. TAPI!


Tapi!


Tapi!


Tapi!


Tapi!


Banyak banget woi nulis tapinya?
Biar dramastis!



Tapi!


Ekspektasi saya tentang Agrowisata Comal Baru terlalu tinggi. Ternyata wisata ini sudah tidak terpakai lagi. Sudah terbengkalai. Banyak rumput-rumput liar yang tumbuh subur sampai setinggi lutut orang dewasa.
Sumber foto : nuansacomal.blogspot.com
Kalau di lihat-lihat kayaknya udah bertahun-tahun wisata ini tidak terpakai. Auranya juga sangat mistis.
Sumber foto : www.panoramio.com
Disini saya bingung harus ngerasain gimana tentang wisata satu ini. Memang bener sih ada beberapa bangunan tua, dan juga pernah di jadikan tempat wisata. Tapi yang saya lihat tidak jauh beda dengan bangunan-bangunan yang sering dijadikan uji nyali. Karena serem dan mistis.

Sangat di sayangkan kalau sebuah wisata yang pernah di kenal, tiba-tiba tak terpakai lagi. Mungkin bukan cuma di sini, mungkin masih ada banyak lagi tempat-tempat wisata yang sudah tak terpakai lagi di Indonesia. Harapan saya sih kalau memang berpotensi menjadi wisata yang menarik, mending di pertahankan. Tapi gak tau juga sih, mungkin ada hal lain yang membuat beberapa wisata di Indonesia menjadi terbengkalai, tidak terpakai, dan menjadi serem. Contohnya di Agrowisata Comal ini.

Kemudian saya balik kanan untuk meninggalkan Agrowisata Comal tanpa ada kesan, apalagi sebuah foto, tidak sekali pun.

Kenapa bro? Takut ada penampakan?
Gak juga.


Mungkin karena tempat ini sendiri yang tidak ingin di foto oleh saya, seakan-akan menolak untuk di abadikan dengan kamera. Sedangkan keluyuran kali ini kalau di ibaratkan kayak lagi pesen jus strawberry ekstra susu tapi yang di hidangkan cuma kopi pahit.


Lebay luh..
Biarin.






Gak sadar ternyata saya udah jauh meninggalkan Comal dan mampir ke Alun-alun Pemalang untuk istirahat. Selanjutnya saya mampir di Pantai Widuri, Pemalang (Ceritanya nanti), dan sorenya kembali ke Tegal.

Saya baru tau ternyata Pabrik gula yang ada di comal baru ini pernah di jadikan tempat uji nyali di acara Masih Dunia Lain. Berarti emang bener dugaan saya tentang bangunan-bangunan tua yang ada di Comal baru ini udah kayak tempat untuk uji nyali.

Lihat juga di sini :
Rita Park : Dufannya anak Tegal
TIRTA WADUK CACABAN
Mendaki Gunung Prau