Senin, 07 November 2016

Sejuknya Udara di Kebun Teh Bumiayu

Bumiayu merupakan sebuah pusat kota Brebes bagian selatan, dengan letaknya yang berada di jalur utama sebagai penghubung Tegal dan Purwokerto, serta jalur kereta api penghubung Jakarta-Cirebon-Purwokerto-Yogyakarta, membuat Bumiayu terlihat seperti berdiri sendiri sebagai kota, karena terdapat stasiun kereta dan juga terminal bus. Tapi disini saya tidak akan membicarakan hal tersebut, melainkan untuk kembali keluyuran bersama pacar (Mala) ke destinasi selanjutnya yang berada di Bumiayu, lebih tepatnya di kec. Paguyangan, dimana tempat ini bisa bikin kita merinding kedinginan.

Kita ke Bumiayu berawal dari sebuah postingan foto orang di Facebook saya. Kemudian saya liat fotonya ternyata keren banget nyampe saya ngiler pengin kesitu. Tanpa berpikir lama esoknya langsung jalan.  

Rencana awal kita akan berangkat dari rumah jam 9 pagi, cuma karena mendadak Mala harus ke kampusnya dulu karena ada tugas kelompok yang harus dia kerjakan hingga akhirnya kita jalan ngaret dikit jadi jam 10:30. 

Kemudian dari kampusnya Mala yang letaknya di belakang terminal kota Tegal, kita ke Bumiayu dengan jarak ± 40km, melewati jalur yang sama persis kayak waktu ke Curug Cipendok, bedanya nanti pas di Bumiayu terus ada plang penunjuk jalan ke tempat yang kita tuju. Lalu kita ikutin. Mungkin dari kampusnya Mala gak nyampe 2 jam kita bisa sampai. Tapi Sayangnya kita kejebak macet sebelum nyampe Bumiayu, bahkan masih di daerah Tegal. Macetnya memang keterlaluan banget. 


Untung lah ada warga sekitar yang ngasih petunjuk ada jalan pintas menuju kebun teh di Bumiayu ini.
 
Dengan lewati jalanan perkampungan yang agak rusak tapi gak papa asal gak macet. Dan tak lama kemudian kita kembali ke jalan yang asli menuju tempat yang keren banget. 

Disini jalannya mulai agak nanjak, dengan pemandangan hijaunya sawah dan pegunungan, membuat suhu udaranya pun berubah, dari yang panas berdebu, kini adem dan seger. Kemudian kita memasuki jalanan yang menanjak terus, dari yang tadi jalanannya cuma ada tanjakan dikit, kini jalannya terus menanjak dan nanjak terus gak ada jalan datarnya. Bener-bener nanjak terus. Jalannya lebih gila dari waktu ke Guci. Lalu udaranya yang tadi cuma adem dan seger, sekarang berubah menjadi dingin. Saya penasaran banget ujungnya kayak gimana. Pasti bakalan keren. 

Lama kelamaan tiba-tiba kita dimakan kabut. 

Kita kayak berada di negri dongeng, karena banyak kabutnya gitu. Dimana-mana ada kabut, kabut, kabut, kabut, sampai jarak pandang saya gak lebih dari 200 meter.
 
Sumpah ini keren banget. 

Keluyuran kali ini sangat berwarna, setelah tadi kita melewati jalanan macet, banyak asap knalpot yang hitam pekat, kemudian kita berada di pinggiran sawah yang hijau segar, lalu kita lewat jalanan yang naik terus tanpa ada jalanan yang datar, udah gitu di tengah hutan pula, lantas kita memasuki sebuah pedesaan yang penuh dengan kabut hingga akhirnya kita sampai di tempat tujuan kita yaitu Kaligua. 
Sumber Foto : A Whole New World
Kaligua itu sebenernya nama kebun teh yang ada di Bumiayu, Brebes. Tapi sekarang tempat ini sudah dijadikan sebagai tempat wisata andalan Brebes. Meskipun masyrakat sekitar masih ada yang beraktifitas memetik daun teh di kebun teh ini, tapi mereka tidak merasa terganggu dengan adanya pengunjung yang ingin menikmati kehijauannya kebun teh kaligua. Lalu, Agrowisata Kaligua ini juga dilengkapi dengan spot foto lainnya seperti Telaga Renjeng, Goa Jepang, Tuk Bening, Bukit Sakub, serta tempat keseruan lainnya yang menjadi satu di wilayah Agrowisata Kaligua. 

Begitu motor diparkirkan, saya lihat jam dan ternyata sudah jam 13:45, itu artinya kita memakan waktu cukup lama pas macet tadi. Tapi gak papa, yang penting kita sampai dengan selamat. Itulah pepatah hidup orang jawa : Alon-alon asal klakon, artinya pelan-pelan asal kesampaian.
 
Saya kurang tau pasti ketinggiannya sampai berapa mdpl, yang jelas meski di siang hari, rasanya bikin badan merinding gila. Dingin banget. Ini karena kita sering hidup di daerah pantura, jadi jarang buat kita merasakan dingin banget kayak gini. Dulu hampir tiap minggu kerjaan saya cuma mancing-mancing di laut cari ikan, cari kerang di teriknya matahari sampe badan gosong, makanya saya dan Mala sangat excited begitu sampai di Kaligua. 

kegiatan pertama yang akan kita lakukan di sini adalah. Makan.
 
Tempat dingin kayak gini pasti enak banget makan yang anget-anget, biar badan terasa anget, apalagi makannya sama pacar insyaAllah hubungannya juga anget. 
 
Kita pesen tempe mendoan yang masih panas sama lontong biar makin mantep, dan minumnya sebagai pelengkap ini yang beda, ia adalah teh hitam. Kalau bahasa jawanya black tea.
 
Sumber Foto : rodex1313
Ini beneran hitam loh. 

Ini keren banget, kenapa? Karena saya bisa memandang langsung perkebunan teh kaligua sambil makan mendoan, sama pacar pula, dan cuma berdua. Level keromantisannya kita bertambah. He..

Seandainya halaman belakang rumah saya kayak gini pasti bakal saya pamerin ke orang-orang, terus saya undang banyak orang untuk makan-makan di halaman belakang rumah saya, tapi makanannya bawa sendiri-sendiri.
 
Selesai makan mendoan, tempat selanjutnya kita ke Tuk Bening mau sekalian shalat dzuhur, karena kebetulan disana ada mushola kecil.
 
Tuk Bening itu kayak mata air gitu, hampir mirip kayak di pancuran pitu yang ada di Baturaden. Bedanya di Tuk Bening ini airnya super dingin banget.
 
Saya ingatkan kalau mau kesini jangan lupa bawa kamera, karena rugi kalau kesini cuma jalan-jalan aja, kita disini diwajibkan untuk berfoto-foto. Bahkan narsis sekalipun diwajibkan. 

Selesai sholat dan foto-foto di Tuk Bening, kemudian kita lanjut buat mendekat dan mengelilingi kebun Teh Kaligua ini. Dari Tuk Bening kita cuma jalan kaki bentaran aja maka sampai di kebun teh, tapi untuk menuju spot terbaik kebun Teh Kaligua, kita harus naik ke atas dengan cara : bisa naik kendaraan, bisa juga jalan kaki. Karena Mala anaknya petualang banget, jadi dia penginnya jalan kaki, sementara bagi saya jalan menanjak adalah musuh besar. 

Saya benci jalan menanjak. 

Sampai di spot kebun teh yang ada diatas, pemandangannya bener-bener keren abis, foto-foto jadi hal yang gak boleh di lewatkan, makanya tiap 5 detik sekali kita foto-foto.
 
Tiba-tiba kita melihat ada air terjun di atasnya lagi.
 
Tanpa berpikir panjang Mala langsung jalan ke atas dengan semangatnya. Sedangkan saya di belakangnya jalan sambil tertatih-tatih. 

Tak sampai 10 menit ternyata Mala sudah sampai diatas, kalau saya masih di bawah sekitar 100 meteran dengan jalan menanjak. 

Ternyata bener ada air terjunnya, meski gak sebesar Curug Cipendok, ini sudah cukup mengobati rasa kangennya Mala untuk melihat air terjun/curug.
 
Dibawah tadi kalau di hitung-hitung ada sekitar 20 orang yang sedang menikmati sejuknya udara di kebun teh, tapi pas diatas dideket air terjunnya cuma kita berdua saja. Mungkin mereka yang ada dibawah malas buat naik-naik ke atas, padahal pemandangannya lebih bagus. 



Selanjutnya kita sebenernya pengin masuk ke Goa Jepang, tapi Mala mendadak tidak mau karena dia anaknya parno banget. Karena goa ini pernah dijadikan tempat pembantaian orang-orang jaman jepang dulu. Mungkin lain kali akan datang kesini lagi dan masuk ke Goa jepang.

Bersambung...