Minggu, 04 Juni 2017

Drama Menjelang Pendakian Sindoro Part 1

Sebelum perjalanan ke Dieng




Rencana awal, kita akan mendaki gunung kembali beranggotakan 8 orang dengan orang yang sama persis saat mendaki Gunung Prau. Full satu keluarga sering keluyuran ditambah Beti si petualang pencari air terjun dan Trio. Tapi dua minggu sebelum mendaki, Trio dan Rudi memastikan tidak bisa ikut mendaki lantaran di kampusnya akan ada KKL di hari yang sama dengan waktu pendakian, sedangkan Rudi tidak bisa ambil cuti karena masih baru bekerja di Cikarang. Namun kita putuskan untuk tetap mendaki meski kehilangan 2 orang.

Drama ini masih berlanjut, puncaknya seminggu sebelum berangkat ke basecamp kledung, Bapak saya dirawat di rumah sakit. Ini membuat pikiran saya acak-kadut yang semula sangat exited karena akan kembali lagi menyambangi ketinggian diatas ribuan mdpl. Tapi saya tidak memberitahukan dulu ke yang lainnya karena saya masih optimis kalau bapak saya bakal cepat sembuh dan cepat pulang, kecuali Mala karena dia pacar saya maka saya ceritakan ke dia. Mala pun menyuruh saya untuk membatalkan rencana pendakian kali ini yang sudah sekian lama tertunda-tunda dan apakah akan tertunda lagi. Demi merawat bapak. Katanya...

"Lihat saja nanti" jawab saya tentang usulannya Mala.

Tanpa alasan, tiba-tiba Turis bilang lewat Wa kalau dia dan istrinya (Dwi) batal untuk ikut mendaki.

Saya agak kecewa, karena baru kemarin banget Dwi bilang kalau Turis sudah ambil cuti untuk ikut pendakian kali ini, dan hari itu juga saya langsung booking tenda dan alat-alat yang lain sama Mas Indra (anak wonosobo). Ehh kok malah gak jadi ikut.

2 jam kemudian setelah Turis ngasih kabar bahwa dia tidak jadi ikut, barulah dia memberitahu alasannya kenapa gak bisa ikut itu karena Dwi hamil.

Dalam hati saya bilang mungkin bener kata Mala kalau pendakian ini harus dibatalkan, meski padahal saya masih berharap bapak sembuh sebelum hari H pemberangkatan, tapi sekarang rasanya jadi agak males, karena saya cowok sendirian yang harus nemenin Mala, Beti, dan Wiwi naik Sindoro. Kalau pun mengajak anak cowok lain belum tentu ada yang mau karena cukup mendadak, ditambah lagi belum tentu juga klop dengan gaya kita jalan, dengan gaya kita bercanda, dan dengan gaya noraknya kita saat foto-foto. Karena kita satu keluarga sering keluyuran adalah satu kesatuan. Cie gitu...

Kemudian saat berunding dengan Mala dan Wiwi yang akhirnya sependapat kalau pendakiannya kita batalkan, tapi si petualang sejati alias Beti masih terus memaksa agar pendakian ini harus tetap jadi meskipun tanpa Turis dan Dwi. Saya sih cuma diem saja nanggepin kemauannya Beti, karena gak mungkin juga orang gendut kayak saya suruh ngawal tiga cewek ke Gunung Sindoro.

~~sk~~

Setelah 2 hari berlalu dengan tenang tanpa ada pembahasan masalah mendaki, hanya Beti saja yang terus tanya soal mendaki tapi tidak saya balas. Kasian juga sih... Lalu secara tiba-tiba lagi Turis tanya lewat Wa "Apakah mendakinya jadi?"  Saya bingung mau jawab.

Kemudian Turis bilang lagi kalau dia dan Dwi jadi ikut mendaki.  

Hah! Saya bengong.

Dalam hati saya "Ini anak gak ada pendiriannya banget" 
"Terus entar kandungannya Dwi gimana?" lanjut saya.

Lalu Dwi yang menjelaskannya sendiri kalau dia gak hamil. Dia hanya telat datang bulan. Mungkin karena mereka berdua sama-sama pengin cepet punya anak, jadi mereka langsung menjudge kalau Dwi sedang hamil muda yang padahal cuma telat datang bulan.  

Angin segar kembali berhembus di kening saya, karena Bapak saya besok diperbolehkan sama dokter untuk pulang. Itu artinya saya dan keenam anak lainnya jadi mendaki.
Pemandangan G. Sumbing, G. SIndoro, G. Merbabu, G. Merapi dan gunung-gunung lainnya dari puncak G. Prau

Setelah berganti hari lagi, saya pikir sampai hari H semuanya lancar tanpa ada hambatan, tapi ternyata di malam terakhir menjelang berangkat besok Wiwi mengasih kabar bahwa dia tidak dapat ijin dari orangtuanya seperti yang sudah-sudah. Mungkin dulu saat ke Dieng masih dapat ijin tapi sekarang katanya Wiwi gak lagi.

"Maaf yah..." kata Wiwi lewat Bbm.

"Gak usah minta maaf lah. Justru kita yang minta maaf karena gak bisa bantu meyakinkan orangtuamu wi"

Fix... anggota kurang lagi. Namun rencana mendaki tetap jalan karena yang mengundurkan diri anak cewek. Kecuali saya atau Turis yang gak jadi ikut mungkin rencana mendakinya ditunda atau dibatalkan.

~~sk~~
Keesokan harinya, pukul 3 pagi. Dwi telfon kalau dia sama Turis masih di Cirebon karena gear sepeda motornya Turis patah, dan bengkel buka paling cepet pukul 7. Alamakkk! padahal rencana jalan ke Wonosobo itu jam 6 pagi dari Tegal.

Jadi gini. Turis dan Dwi sekarang ini menetap di Bandung. Target sampai di Tegal katanya jam satu / dua malam, tapi ternyata datang musibah yang bikin mereka gak bisa jalan.

"Terus gimana mas mendakinya?" Tanya Dwi lewat telfon.

"Gak usah mikir mendaki dulu, yang penting jaga diri kalian baik-baik di Cirebon dan pulang ke Tegal dengan selamat." Saya jawab seadanya, karena saya juga gak bisa memaksakan mereka naik bis atau kereta atau odong-odong sekalian biar cepat ke Tegal.

"Terus yang lain gimana?" Tanya Dwi lagi.  

"Biar saya yang ngabarin."

Mungkin cuma Mala yang bisa ngertiin, karena Mala, Dwi dan Wiwi deket banget. Tapi Beti, mungkin karena dia saking penginnya ke Sindoro, bahkan dia rela dua malam begadang mengerjakan proposal biar cepat selesai demi ke Sindoro, jadinya terlihat seperti egois. Karena yang dia inginkan itu harus "jadi" meskipun ada masalah apapun termasuk masalah yang kita hadapi menjelang mendaki ke Sindoro ini.

Jam 8 gantian Turis yang ngasih kabar kalau dia baru mau jalan lagi. Dan tiga jam kemudian Turis bersama dengan istri akhirnya sampai di Tegal. Alkhamdulillah.

Iseng saya tanya. "Jadi mendaki ris?"

Dengan tegas Turis menjawab : "Jadi lah! Sudah semangat banget dari semalam masa gak jadi."

"Tapi Dwi?" tanya saya lagi.

"Tenang. Nanti dia saya suruh tidur di bus selama perjalanan ke Wonosobo."

Oke!

Kemudian saya kasih kabar ke Mala dan Beti kalau mendaki ke Sindoro kita tunda sampai jam 1 siang dan kumpul di RS. Kardinah, Tegal untuk menunggu bus arah Purwokerto kemudian dilanjut naik bus arah Wonosobo dari Terminal Purwokerto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar