Selasa, 03 Oktober 2017

Edisi Sepedaan IV : Menjajal Naik Sepeda ke PAI (Pantai Alam Indah)

Setelah sukses naik sepeda ke Obyek wisata Waduk Cacaban dan ke Pantai Larangan beberapa bulan yang lalu sebelum mendaki ke Sindoro. Bahkan agenda sepedaan tersebut juga termasuk bagian dari pemanasan sebelum mendaki. Tapi kali ini, tidak sedang pemanasan mau mendaki lagi melainkan ketagihan ingin bersepeda lagi dengan jarak yang lebih jauh. Dan rute sepedaan yang saya pilih kali ini ke Pantai Alam Indah. Jaraknya sekitar 16 km dari rumah saya.


Seperti yang saya bilang di edisi-edisi sepedaan sebelumnya, jarak sepedaan yang saya tempuh masih tergolong kelas bawah bagi para pesepeda yang sudah puluhan bahkan sampai ratusan kilometer ditempuh, tapi bagi saya sepedaan dengan jarak 16 km ini merupakan sebuah kebanggaan bagi saya mengingat berat badannya saya masih diatas rata-rata dan jarang ada orang gendut bersepeda sejauh ini, selain karena fisik yang gendut saya juga biasanya ke PAI (Singkatannya Pantai Alam Indah) itu pake motor tapi kali ini naik sepeda.

Saya sangat menikmati bersepeda pagi-pagi melintasi jalur terpadat kedua di Tegal setelah jalur pantura. Tapi banyak juga yang bersepeda dari berbagai kelompok/komunitas, ada juga beberapa sepasang kekasih yang lagi pacaran sambil mengayun sepeda, bahkan ada juga yang sambil selfie.

Namun kebanyakan mereka para pesepeda yang mengarah ke utara biasanya berkumpul di alun-alun tegal yang memang disetiap minggu pagi diadakan cfd (car free day), sedangkan yang mengarah ke selatan biasanya mereka berkumpul didepan Monumen GBN. Jadi karena saya mau ke pantai dan mengarah ke utara, bisa dipastikan setelah melewati alun-alun saya sendirian bersepeda ke arah utara karena tujuan saya masih jauh ke Pantai Alam Indah.

Sedikit pun saya tidak merasa capek, justru seneng banget bisa bersepeda pagi-pagi sejauh ini. Dan tepat 1 jam sampailah saya digerbang masuk Objek Wisata Pantai Alam Indah.

Suasana pada pagi ini di PAI sangat ramai, apalagi sekarang Pantai Alam Indah ini sudah di renovasi sekeren mungkin. Kayak tulisan ini, dulu gak ada.

Sumber Foto : Warta Bahari

Terus disepanjang bibir pantai dibuatkan tempat duduk panjang serta lantai selebar sekitar 3 meteran dengan dilengkapi keramik sehingga kalau menghadap ke selatan tidak seperti berada di pantai, tapi lebih mirip kayak di taman. Keren.



Kegiatan pengunjung di PAI juga beragam, selain berfoto-foto, disini juga banyak segerombolan anak muda yang bermain bola di tanah yang lapang dan berpasir tentunya, lalu ada juga sekumpulan orang dewasa yang sedang latihan ilmu beladiri di pinggir pantai, kalau saya hanya mengamati perubahan penampilan pantai ini saja.

Kemudian saya mampir ke salah satu warung untuk sarapan pagi di Pantai Alam Indah dengan memakan Kupat/Ketupat Glabed.

Ketupat Glabed ini makanan khas kota Tegal. biasanya kalau makan ketupat glabed ini dibarengi dengan sate kerang. Kenapa dinamakan Glabed karena kata Glabed sendiri sebenarnya berasal dari ucapan orang Tegal bila mengekspresikan kuah kuning yang kental.

Sumber Foto : www.ditegal.com
Selesai sarapan dan setelah dirasa kalau ketupatnya sudah turun ke perut, lalu saya bergegas meninggalkan PAI yang makin keren ini. Saya harap semoga makin keren dan para pengunjung  juga selalu menjaga kebersihan karena setelah saya amati ternyata banyak juga tong-tong sampah dipinggir bibir pantai. Tujuannya biar para pengunjung tidak buang sampah sembarangan lagi yang selalu menjadikan alasan kalau tong sampahnya jauh, dan kali ini gak ada alasan lagi buat buang sampah pada tempatnya.
 
Sekian dari Pantai Alam Indah.

eh.. Tunggu dulu.
Di Pantai Alam Indah juga ada Museum Baharinya yang sering dijadikan objek foto dan selalu ramai dikunjungi beberapa keluarga yang ingin mengenalkan jenis-jenis kendaraan perang Negara kita pada masa dulu.



Semoga dilain waktu saya bisa sepedaan yang lebih jauh lagi dari ini, bila perlu piknik sambil sepedaan kayaknya seru. Dan sepulang dari PAI  saya sengaja lewat jalan lain untuk pulang yaitu lewat jalur pantura. Setelah jalan beberapa meter rasanya ngeri-ngeri sedap sepedaan dijalur pantura karena memang tidak diperuntukan untuk pesepeda. Akhirnya sebelum saya kena hempasan manja dari para raja jalanan saya kembali kejalan semula sewaktu berangkat tadi dan Alkhamdulillah selamat sampai rumah.



Baca Juga :